Suara sayup-sayup decitan dan gesekan alas kaki dengan lantai, suara dentingan piring dengan sendok-garpu dan pisau mengisi kesunyian ruangan di balik panggung kecil milik Celesteville Restaurant. Malam ini meja-meja terisi penuh, pengunjung jauh lebih ramai dibanding hari biasanya, sebab malam menuju akhir pekan. Sepuluh menit sebelum pertunjukkan live music bersama rekan-rekan band yang biasa mengiringinya ketika terjadwal manggung di resto tengah kota ini, Rigel tengah menyetel senar gitarnya. Setelah dari tadi sore Ia gunakan untuk berlatih dan sedikit pemanasan, Ia merasakan suara gitarnya sedikit fals.
“Rigel, standby ya. Sepuluh menit lagi mulai,” ucap Sean yang muncul tiba-tiba entah dari mana.
“Okay,” jawab Rigel yang masih sibuk berkutat dengan senar gitar miliknya.
“Ada ramean di meja depan, nggak perlu grogi ya. Gue tahu, you’ll kill them all,” Sean menepuk-nepuk punggung Rigel sebelum pria itu berlalu meninggalkan backstage kecil itu.
Entah seperti tersihir, Rigel yang mulanya tak merasakan kegugupan sama sekali, jantungnya mendadak berdegup lebih kencang dari biasanya.
“Ini gue kenapa? Masa sakit jantung? Amit-amit coy, tapi gue juga nggak pernah grogi nervous atau apapun tiap mau tampil,” Rigel berkilah dengan diri sendiri seraya memegang dada sebelah kirinya, merasakan detak jantungnya yang tengah berpacu dengan cepat.
“Rigel, are you ready?” panggil Joe, keyboardist yang sudah sangat akrab dengan Rigel.
Panggilan Joe berhasil membuyarkan sesi self talking Rigel, “Eh, yeah, Joe. Let’s go!”
Berjalan keluar meninggalkan backstage, Rigel sesekali menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Hingga lampu sorot mulai menangkap kedatangannya dan mengiringinya menuju ke tengah panggung. Ia menempatkan dirinya di atas kursi tinggi di balik stand mic yang telah disiapkan untuknya. Sejenak pria itu berbalik menatap satu-persatu personil yang akan mengiringinya malam ini, sampai akhirnya salah satu dari mereka mengangguk menandakan bahwa mereka siap. Maka Rigel memutar tubuhnya kembali, menatap gitar kesayangannya dan mulai memetik senar gitarnya, menimbulkan nada-nada sendu yang dapat tertangkap oleh seluruh pasang telinga.
I don't wanna get older
Without your head on my shoulder
Suara merdu Rigel mengisi semua sudut restaurant. Ia mulai menyanyikan bait pertama “Older”, lagu yang dipopulerkan oleh 5 Second of Summer, **dan seluruh pasang mata berhasil terpaku menyaksikan penampilan Rigel di atas panggung. Suara lembut milik Rigel bagai menghipnotis setiap pasang telinga yang mendengarnya, dengan sorotan cahaya yang menambah kesan melankolis lagu yang Rigel bawakan malam ini. Tak terkecuali sepasang mata yang terbelalak mendapati sosok pria yang tengah bernyanyi di hadapannya, adalah pria yang tak lama ini pernah Ia temui.
Sienna, gadis itu tak percaya dengan apa yang Ia lihat dengan di depannya saat ini. Pria aneh yang Ia temui beberapa hari lalu tengah bernyanyi dengan suara yang jelas merdunya dan petikan senar gitar yang... jujur saja seakan mampu menarik seluruh akal sehatnya.
“What the heck?!” batin Sienna. Tangannya masih melayang dengan gelas berisi wine yang Ia pegang, gadis itu sudah hampir menenggaknya jika saja matanya tak menangkap mata sosok laki-laki yang sekarang sepertinya ikut terkejut ketika mendapati Sienna tepat di hadapannya.
Ketika kedua mata mereka bertemu, waktu seakan berhenti berputar. Manusia-manusia yang berada sekitar mereka seperti ikut membeku bersama waktu.
On the day that you leave me
I'll forever be bleeding, love
Bagai tersengat aliran listrik voltase rendah, penglihatan Sienna mendadak buram. Sesaat setelahnya berputar potongan clip pendek dengan durasi sekian sekon, bayangan wajah seseorang yang tak bisa Sienna tangkap dengan jelas terputar begitu saja di dalam kepalanya.
“Sienna, Sienna,” sayup-sayup terdengar suara pria memanggilnya, “See you at the afterglow,” suara pria itu menggema memenuhi isi kepalanya.
Kepala Sienna semakin terasa berat seperti ada sesuatu yang berat yang menekan tepat di atas kepalanya. Tubuhnya limbung, hampir saja terjerembab jika saja seseorang tak sigap menangkap tubuhnya.