“Lo bawa apaan?”
Pagi ini Sienna datang dengan sebuah paper bag yang ia tenteng di tangan kirinya. Tentunya hal itu memancing rasa keingin tahuan Stephanie yang memang memiliki julukan sebagai ‘Curious Stephanie’. Sienna yang ditanya pun bingung, hendak menjelaskan dari mana asal-muasal dirinya membawa mantel hangat milik seorang pria yang baru ia temui secara tak proper itu sebanyak dua kali. Tapi karena dirinya tak pernah penyimpan rahasia apapun dari Stephanie, maka akhirnya Ia memutuskan bercerita mengenai kejadian malam itu.
“Hah? Cowok yang kata lo freak itu? Yang ngaku-ngaku kenal sama lo itu?”
Stephanie terkejut selepas mendengar Sienna bercerita panjang lebar mengenai asal-usul mantel hangat yang Ia bawa pagi ini ke kantor dalam bungkusan paper bag.
“Kok lo nggak takut sih, Sienna? Kalau dia nanti makin menjadi dan cari tahu tentang lo gimana?” imbuhnya.
Kali ini Stephanie lebih histeris dari sebelumnya. Sebab sahabatnya tak merasa was-was sedikitpun pada pria yang tak Ia kenal.
“Steph, gue rasa dia nggak yang seseram itu. First impression kita aja mungkin yang salah waktu itu dan bikin gue takut. Tapi gue benar-benar yakin dia bukan orang jahat.”
“Lo, jangan karena dia udah bantu manggil taksi buat lo, minjemin lo jaket dia, lo jadi kesemsem sama dia. Lo harus tetap hati-hati sihhhhh.. Ih gue parno banget, huhu ngeriiiii amit-amit!!”
Stephanie memekik, tangannya menutupi kedua telinganya, matanya terpejam, alisnya berkerut dan menampilkan ekspresi wajah takut.
“Ihhh lo mikirnya jangan kejauhan! Dia kayaknya juga bukan kayak apa yang ada di pikiran lo dehhhh!” sergah Sienna.
“Lo tahu darimana kalo dia bukan?” seloroh Stephanie.
“Feeling gue...” jawab Sienna meringis seraya menggigiti kuku ibu jarinya.
“Terakhir kali kita percaya feeling lo, kita kesasar di Armalo waktu field trip,” Stephanie berdiri dari duduknya, berkacak pinggang.
“Hehehe, yang itu beda kasus,” kekeh Sienna.
Setelahnya Stephanie hanya mendengus dan memutar bola matanya jengah. Ya seperti itulah Sienna, yang selalu gigih dengan semua pendirian dan hal yang Ia yakini.
“Lo emang bener-bener ya!” gemas Stephanie.
“Alright, tapi gue minta lo janji sama gue. Lo harus bilang sama gue kalau dia macam-macam sama lo.”
Ucapan Stephanie yang jauh lebih tepat diartikan sebagai peringatan— langsung diacungi jempol oleh Sienna. Sebagai tanda Sienna menyetujui permintaan sahabatnya itu.